Kamarmusik.id. Dia berjalan mengelilingi panggung berukuran luas, seolah ingin menelan tubuhnya yang mungil. Memeriksa setiap speaker monitor untuk memastikan kualitas suaranya telah sesuai. Lalu kembali ke balik mixer panggung. Mengatur fitur volume yang berderet rapi, berkomunikasi melalui perangkat handy talky. Sesekali bibir tipisnya terlihat mengembuskan asap putih.
Jangan sok lebay memanggil nama lengkapnya, Azizah Irfan Arief, karena siapa pun yang ditanya pasti akan bingung. Panggillah Zi, maka setiap orang yang berurusan dengan produksi panggung pertunjukan pasti langsung merasa familiar.
Profesi cewek kelahiran 30 April 1992 ini tidak main-main : Penata Audio. Yakni bertanggung jawab atas kesempurnaan produksi suara pertunjukan panggung musik. Jenis pekerjaan ini terbagi menjadi dua bagian: Monitor panggung dan Front of House (FoH). Untuk Monitor Panggung tanggung jawabnya kepada usisi. Sedangkan untuk FoH lebih kepada penonton. Nyaman tidaknya telinga musisi mau pun penonton sangat tergantung pada sentuhan jemarinya.
Bagaimana parameter keberhasilan untuk yang kedua?
“Kalau penonton tepuk tangan atau berjingkrak apalagi sampai ada yang moshing segala, berarti aku sudah bekerja dengan benar,” jelas Zi yang dalam menjalankan pekerjaannya kerap berpindah-pindah posisi dari Monitor Panggung ke FoH dan sebaliknya.
Adalah Zi yang paling bertanggung jawab pada gelegar tata suara ketika Voice Of Baceprot (VOB) menggebrak delapan panggung di enam negara Eropa bulan Juni 2022.
Ketika diminta menggawangi tata suara VOB, konon Zi tidak serta merta menyanggupi. Nama trio cewek metal asal Garut itu tak pernah didengarnya. Dia
pun meminta waktu dipertemukan terlebih dulu dengan Nadia Yustina (Tour Manager VOB) dan Jeremia L. Gaol (Production Manager VOB).
“Tapi itu hanya berlaku bagi mereka saja, karena memang belum pernah ketemu apalagi saling kenal. Kalau sama musisi lain karena umumnya udah saling kenal dengan tim produksinya, dan kalau jadwal klop, biasanya langsung jalan.”
Sebelum VOB sudah cukup banyak band yang pernah ditanganinya. Untuk menyebut beberapa nama di antaranya ada Superglad, J-Rocks, Andra & The Backbone, Deadsquad, Nicky Astria, Isyana Sarasvati, God Bless dan banyak lagi.
Persentuhan Zi dengan dunia panggung bermula saat masih tinggal di rumah vokalis Tpenk (panggilan akrab Stevans Nugraha Kaligis), vokalis Steven & The Coconuttreez. Saat itu Tpenk tengah aktif menjalankan proyek solonya, Steven Jam, dan Zi selalu hadir di setiap pertunjukannya. Sejak itulah ketertarikan dirinya pada dunia tata suara mulai tumbuh.
Almarhum Tpenk merupakan figur yang berjasa dalam hidupnya. Ketika hendak mengundurkan diri dari kampus Bina Nusantara untuk menekuni lebih jauh dunia barunya itu, Tpenk mewanti-wanti Zi dengan keras.
“Kalo lo berhenti kuliah, lo harus bertanggung jawab sama apa yang udah lo pilih.”
Talentanya pertama kali “ditemukan” pada 2011 oleh Teuku Asril, seorang Penata Audio berpengalaman yang namanya sudah malang melintang di dunia panggung musik Indonesia, sekaligus pemilik persewaan alat Indonesia Audio Systems (IAS) yang bermarkas di bilangan Utan Kayu, Jakarta.
Di sanalah, selama bertahun-tahun, Teuku Asril menggembleng pengetahuannya seputar dunia audio. Barulah setelah itu Zi langsung terjun sebagai tenaga professional. Rambut gimbalnya dia babat habis untuk kemudian tampil modis.
“Rambut gimbal itu berat lho,” Zi menderaikan tawa ketika ditanya alasannya potong rambut rambut.
Ada dua pesan penting yang ditekankan Teuku Asril kepada anak didiknya tersebut : “Pertama, kalau ada manggung di luar kota jangan pernah sekamar dengan cowok. Kedua, dia harus menguasai bahasa asing,” tuturnya saat bertemu di Hard Rock Café Jakarta, beberapa waktu lalu.
Zi langsung menerapkan kedua pesan tersebut sebagai persyaratan dalam menerima sebuah pekerjaan. Fasilitas kamar yang terpisah dari anggota rombongan lain wajib dipenuhi oleh grup band mana pun yang memerlukan jasanya. “Kalau mereka nggak sanggup menyediakan kamar sendiri buatku, lebih baik batal,” tegasnya.
Pesan kedua pun ditekuninya. Selain fasih berbahasa inggris, Zi menguasai bahasa Jerman dengan baik. Ketertarikan pada bahasa kedua muncul sepulang dirinya nonton konser Phil Collins di Koln. Dan, dia merasakan betul manfaatnya ketika grup metal Children Of Bodom, Heloween, GBH dan Dragon Force mengadakan konser di Indonesia. Begitu pula saat mendampingi VOB tur keliling Eropa.
Zi adalah sosok anomali di dunia panggung pertunjukan. Maklum, selama ini profesi Penata Audio senantiasa didominasi anak adam. Apalagi dengan postur mungilnya orang tak mudah untuk memercayainya. “Dulu waktu mengawali pekerjaan ini aku pernah dikira penonton yang mau nonton dari atas panggung, hahaha!”
Saya pertama kali bertemu dengannya ketika menyiapkan konser Nicky Astria bareng Reza Artamevia di Bandung, 2014. Meski sebelumnya telah diberi tahu bahwa Zi merupakan hasil didikan Teuku Asril, tak urung ada perasaan sangsi juga dengan kemampuannya. Saat itu Zi memang terlihat lebih menyerupai remaja yang diajak orang tuanya menyelinap ke belakang panggung, ketimbang seorang Penata Audio yang dipercaya menangani konser berskala besar.
Tentu saja itu cerita masa lalu. Sekarang namanya semakin diperhitungkan sebagai Penata Audio generasi baru. Jadwal manggungnya padat merayap. Tidak mudah untuk bisa bertemu dengannya. Janji yang sudah disepakati bisa saja mendadak batal karena alasan teknis pekerjaan.
Seperti halnya Show Director, Penata Cahaya atau Teknisi, profesi yang tengah ditekuni oleh Zi merupakan bagian dari mata rantai suksesnya sebuah pertunjukan musik. Kontribusinya sangat berarti namun eksistensinya kerap terluput dari perhatian.
Welcome to the jungle, Zi. (*)
Michelle Sabolchick Pettinato
Jika di Indonesia cewek yang berprofesi sebagai Penata Audio masih terbilang langka, tidak begitu halnya di luar sana. Kesetaraan gender sudah menemukan bentuk sebagaimana mestinya. Salah satu yang terkenal yaitu Michelle Sabolchick Pettinato yang mengkhususkan diri di posisi Front of House.
Michelle memulai karirnya dengan menangani tur kelompok Spin Doctor pada 1992. Setelah itu selama lebih dari 30 tahun sudah puluhan musisi kelas dunia digarapnya, termasuk Elvis Costello, Avril Lavigne, Styx, Adam Lambert, Gwen Stefani, Goo Goo Dolls, Melissa Etheridge, Indigo Girls, Natasha Bedingfield, Joan Osborne, Big Time Rush, Ke$ha, Jewel, Collective Soul, Fuel, Tokio Hotel, Thievery Corporation, Luscious Jackson, Christina Aguilera, General Public, Fastball dan banyak lagi.
Adalah Michelle pula yang mendampingi Mr. Big ketika tampil di pergelaran Java Rockin’ Land, Jakarta, Agustus 2009.
Pada 2013 Michelle ikut mendirikan SoundGirls.org yang bertujuan mengembangkan edukasi dunia audio khusus para cewek. Juga aktif menulis artikel di sejumlah jurnal seperti Live Sound Internasional dan Loud In International. (*)