Oleh Riki Noviana
Kamar Musik.id. “Kalau mau lihat band yang keren, enggak perlu jauh-jauh ngeliat ke luar (negeri), Indonesia punya God Bless!”
Kata-kata ini diucapkan oleh Kaka Slank saat konferensi pers “Indofood presents God Bless Konser Emas 50 Tahun with Tohpati Orchestra”, 25 Oktober 2023, di Hotel Century Park, Jakarta.
Pria bernama lengkap Akhadi Wira Satriaji itu tidak asal ngomong. God Bless bukan hanya layak menyandang embel-embel “keren”. Mereka adalah legenda! Dan itu dibuktikan dalam konser yang dihelat di Istora Senayan pada Jumat, 10 November malam. Di khasanah musik, khususnya genre rock, pencapaian God Bless setinggi yang dapat dimimpikan siapa pun. Pengultusan yang diberikan Kaka kepada pahlawannya sebagai legenda rock Tanah Air, benar-benar nyata.

Dengan katalog yang membentang selama lima dekade, God Bless secara konsisten menghidangkan musik rock yang disusupi nomor-nomor ballad. Semua itu termaktub dalam delapan buah album, yakni God Bless (1976), Cermin (1980), Semut Hitam (1988), Raksasa (1989), Apa Kabar (1997), 36 (2009), Cermin 7 (2017), dan Anthology (2023).
Melalui “Indofood presents God Bless Konser Emas 50 Tahun with Tohpati Orchestra”, God Bless mengukuhkan statusnya sebagai “legenda sejati” musik rock negeri ini. Menjadi saksi konser ini adalah momen berharga yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Maka, ada permainan emosi di mana perasaan penonton dibuat berkecamuk.
Tata panggung, tata visual, dan tata cahaya yang memanjakan mata dan telinga membuat penonton membelalak. Konser bersejarah malam itu didukung oleh Mata Elang Production, pemilik jejak panjang pada berbagai konser musisi dari dalam dan luar negeri, dengan promotor Northstar dan bekerja sama dengan Megapro Communications, yang juga terbiasa menangani konser berskala besar.

Ada enam LED raksasa yang terpampang di area panggung di mana salah satunya membuat aksi God Bless jadi syahdu. Layar besar yang muncul dari atas tubir pangggung guna menampilkan video perjalanan mereka selama lima dekade. “Itu LED transparan,” jelas Albert Wijaya dari Megapro Communications.
Berbicara sejarah musik rock Indonesia memang tidak bisa lepas dari God Bless. Jika kita mengikuti kisah band ini, filosofi hidup itu nyata sekali karena sudah teruji oleh waktu. Mulai dari kehilangan personel karena meninggal, sampai ditinggal cukong hingga jatuh miskin.
Perjalanan karirnya yang sarat dinamika ini terungkap melalui LED transpran pada sesi akustik, dilatari “Balada Sejuta Wajah”, “Huma di Atas Bukit” serta dua nomor melankolis yang diambil dari katalog solo Iyek – sapaan akrab Achmad Albar – “Syair Kehidupan” dan “Sudahlah Aku Pergi”.

Tata suara prima juga membuat lagu-lagu bertempo cepat dan berdistorsi terasa renyah di gendang telinga. Raungan gitar, entakan drum, dentuman bass, kemegahan bunyi kibor dan orkestra bercengkerama genit di atas panggung. Sebuah pertunjukan musik rock berkualitas!
Komposisi bintang tamu yang dihadirkan juga sangat sempurna. Semuanya memiliki pertalian sejarah dengan God Bless. Siapa yang tidak tahu Nicky Astria? Lady rocker ini melejit karena sentuhan magis Ian Antono melalui album keduanya, Jarum Neraka. Sementara itu, nama Anggun melesat bersama “Mimpi” karya Teddy Sujaya (eks drumer God Bless) dan Pamungkas NM.
Sementara itu sayatan jemari Eet Sjahranie pada gitar telah membuat lagu-lagu God Bless di album Raksasa menjadi sangat membara.

Ada pula Kotak yang beranggotakan Tantri (vocal), Cella (gitar), dan Chua (bass). Selama 19 tahun berkarir musiknya terus berkembang dengan pemilihan tema lagu bervariasi, dari cinta hingga isu sosial yang tentu saja berbanding lurus dengan apa yang dikumandangkan God Bless selama ini.
Dibuka oleh penampilan bagus Padi Reborn, God Bless mempersembahkan 18 lagu yang yang berlangsung selama hampir dua jam. Pertunjukan itu sukses membuat penonton terkesima. Mulai dari teriakan rasa kagum, kepalan tangan ketakjuban, anggukkan kepala kebahagiaan, sampai mereka yang ikut bernyanyi, memperlihatkan pergumulan kuat antara idola dan penggemarnya.
“Musisi” dan “Bla… Bla… Bla…” membuka penampilan God Bless dengan formasi Achmad Albar (vokal), Donny Fattah (bass), Ian Antono (gitar), Abadi Soesman (kibor), dan Fajar Satritama (drum). Pada lagu ketiga hingga keenam, yaitu “Selamat Pagi Indonesia”, “Menjilat Matahari”, “Cermin”, dan “Maret 1989”, posisi Donny Fattah, yang belum fit 100 persen akibat sakit jantung, digantikan Arya Setyadi.

“Donny harus turun karena belum terlalu sehat, mohon doanya,” kata Iyek memberi penjelasan disambut tepukan riuh penonton. Donny Fattah kembali naik ke panggung pada sesi akustik.
Namun memasuki sesi akustik kembali Donny Fattah bergabung dalam empat lagu pengiring video perjalanan God Bless selama lima dekade. Setelah itu barulah para musisi tamu naik ke panggung secara bergantian. Diawali aksi Eet Sjahranie yang menyuguhkan atraksi gitar solo. Bersama Kotak, pentolan Edane itu menyemburkan “Srigala Jalanan”. Gahar!
Kaka Slank kemudian tampil menyanyikan “Zakia”, lagu dangdut dari album solo Achmad Albar yang dirilis pada 1979. Penonton pun bergoyang seraya menyambut kehadiran Anggun membawakan “Mimpi” lewat iringan Tohpati Orchestra dan Nicky Astria dengan “Panggung Sandiwara” versi rock and roll yang sungguh bikin pangling.

Kemudian, “Bis Kota” berkumandang dari bibir Iyek bersama Anggun dan Nicky Astria, yang dilanjutkan dengan “Kehidupan” dan “Semut Hitam” (kembali menampilkan Eet Sjahranie) sebelum ditutup oleh lagu sejuta umat, “Rumah Kita”, yang menampilkan seluruh artis. Dengan iringan orkestra dari Tohpati, konser yang dipromotori oleh Northstar Entertainment serta tata kelola pertunjukkan dari Megapro Communications itu merupakan paket komplet sebuah pertunjukan musik. Tak ayal, seisi venue pun bernyanyi.
Perayaan lima dekade karir God Bless juga mendapat pengukuhan dari MURI (Museum Rekor Dunia – Indonesia) sebagai Band Tertua yang tetap aktif, sebuah pengakuan yang masuk akal. Mereka memang tidak berhenti bergerak. Setelah menyelesaikan konser di Istora tersebut mereka segera bersiap melakukan perjalanan ke Sumbawa serta beberapa kota lain di luar pulau Jawa.
Usia personel yang sudah melampaui kepala tujuh, kecuali Fajar Satritama, nyaris tidak mereduksi energi yang ditampilkan God Bless malam itu. Kerutan di pipi dan dahi Achmad Albar, Donny Fattah, Ian Antono, dan Abadi Soesman adalah bukti nyata bahwa mereka telah menunaikan fitrahnya sebagai para penjaga marwah musik rock Indonesia.

Vokal Achmad Albar yang malam itu masih terdengar menggelegar, tetap mengundang pertanyaan yang tidak kunjung terjawab, bagaimana di usianya yang memasuki 78 tahun masih tampil bersemangat dan prima.
“Enggak usah jauh-jauh lihat Axl Rose, Mick Jagger, lihat saja kita punya Achmad Albar,” kata Kaka Slank. (*)
Foto-foto : Evan Antono.