Setelah tampil di Steinmetz Hall, Oralndo, 23 Februari 2023, jadwal Deep Purple selanjutnya adalah Edutorium UMS, Solo, 10 Maret 2023. Formasinya: Ian Gillan (vokal), Roger Glover (bass), Ian Paice (drum), Don Airey (keyboard) dan wajah baru Simon McBride (gitar). Tiga nama pertama berasal dari formasi kedua atau biasa disebut Mk II.
Sebelum menyaksikan aksi mereka, yang untuk kedua kalinya akan didampingi oleh God Bless, kita kenali dulu album Machine Head yang pada Maret nanti genap berusia 51 tahun. Beberapa hitnya hampir dipastikan selalu muncul dalam stelist panggung. Album tersebut bukan hanya merupakan puncak pencapaian estetik, tetapi juga secara komersil.
Perubahan karakter musik Deep Purple dari klasik rock menjadi heavy metal super keras memang terjadi pada era MK II melalui In Rock (1971). Permainan sangar Ritchie Blackmore mencapai klimaksnya ketika merespons oktaf tertinggi Ian Gillan dalam “Child In Time” dan “Blood Sucker”. Ia juga membangun pola harmoni dengan Jon Lord yang menjadi dasar komposisi lagu-lagu selanjutnya. Semua personil memperlihatkan kelasnya. Seperti teknik rofel yang halus namun keras Ian Paice dalam “Flight Of The Rat” yang telah menempatkannya sebagai salah satu drummer rock terbaik dunia.
Namun semua eksibisi skill pada In Rock perlahan-lahan sirna digantikan musik yang lebih melodius di era album Firebal (1971). Saya lebih senang mengatakan perubahan itu sebagai bentuk kematangan dalam bermusik. In Rock mungkin sebuah pembuktian. Namun Fireball adalah titik balik eksistensialisme yang sanggup mengubah cara pandang para musisi rock. Termasuk seorang bocah Swedia bernama Yngwie Malmsteen (8) yang memperoleh album ini dari sang kakak dan sejak itu cita-cita menjadi gitar hero tak kunjung beranjak dari mimpinya.
Tidak lama setelah Fireball dirilis, Ian Gillan dan kawan-kawan sebenarnya ingin segera kembali ke studio untuk merekam materi baru. Tetapi padatnya jadwal tur telah meringkus kebebasan mereka. Kesempatan mengolah kreatifitas hanyalah di sela kesibukan. “Highway Star” diciptakan dalam situasi seperti itu, tepatnya di atas bus dalam perjalanan menuju Portsmouth, 13 September 1971.
Idenya muncul berdasarkan pertanyaan seorang wartawan kepada Ritchie Blackmore tentang caranya menulis dalam keterbatasan waktu. Ritchie menjawabnya dengan memainkan gitar secara spontan. Riff itu kemudian menjadi intro “Highway Star”. Liriknya menceritakan suasana perjalanan dari satu kota ke kota lain.
Dibanding personel lain, Ritchie paling cerewet perihal rapatnya jadwal tur Fireball – dua konser di antaranya dibatalkan karena Ian Gillan terpapar hepatitis. Bekerja di bawah tekanan membuatnya tidak nyaman. Sejak itu muncul keinginan bersolo karir muncul di benak gitaris pendiam ini. Sangat mungkin, terbentuknya Rainbow dikemudian hari bersumber pada pikiran alam bawah sadarnya yang mengendap sekian lama.
Materi Machine Head dibuat Montreux Casino, Swiss, dengan menggunakan Rolling Stones Mobile Studio. Montreux Casino, terletak di tepi Danau Geneva, menempati kawasan luas dengan beragam fasilitas seperti restoran, pusat hiburan dan gedung pertunjukan. Black Sabbath, Pink Floyd dan Led Zeppelin tercatat pernah manggung di sana.
Tanggal 4 Desember 1971 sudah terkumpul sejumlah lagu. Bermaksud mencari udara segar, mereka lantas berduyun-duyun turun ke lantai dasar dimana Frank Zappa and the Mothers tengah beraksi. Seorang penonton bodoh tiba-tiba menembakkan pistol suar miliknya ke atap panggung. Api segera berkobar menimbulkan kepanikan, termasuk personel Deep Purple yang tengah menikmati pertunjukan. Akibat ulah iseng si brengsek itu bangunan pun hangus. .
Seminggu kemudian studio rekaman pindah ke Grand Hotel de Territet. Di sinilah lahirnya lagu baru yang terinspirasi oleh peristiwa kebakaran tadi. Liriknya dibuat oleh Ian Gillan yang saat kejadian segera melukiskannya pada selembar tissue. Tanpa ungkapan bahasa metafora. Ritchie Blackmore menciptakan riff gitar sederhana namun terdengar mahal dan menjadi signature abadi.
Ada pun judul “Smoke On The Water” berasal dari Roger Glover ketika menyaksikan aksi heroik temannya, Claude Nobs, yang kebetulan berada di lokasi dan ikut menyelamatkan penghuni Casino.
Nobs adalah penggagas sekaligus General Manager dari Montreux Jazz Festival. Nama dan fotonya dimunculkan pada bagian dalam sampul Machine Head, termasuk foto bagian panggung yang terbakar hasil jepretan Shepard Sherbell. Desain sampulnya dirancang oleh Roger Glover bersama J. Collette.
Karya yang mengabadikan kerusuhan konser Frank Zappa itu menjadi catatan sahih sebuah kegilaan dunia rock n roll. Lagu ini direkam paling akhir dalam situasi darurat.
Berisi tujuh lagu, Machine Head album bertabur single, yaitu “Highway Star”, “Smoke On The Water”, “Never Before” dan “Lazy”. Lagu terakhir yang intronya membutuhkan durasi 4 menit 20 detik itu memperlihatkan kepiawaian Jon Lord dalam hal penguasaan komposisi klasik berbalut blues, dihiasi sinkop-sinkop tajam dan tiupan harmonika Ian Gillan yang menjadikannya sebuah komposisi indah.
“Pictures Of Home” mengetengahkan solo bass Roger Glover tanpa harus melupakan perannya sebagai ‘penjaga’ rhythm section. Setelah itu jangan lupakan “Space Truckin” dimana pukulanIan Paice begitu dinamis sejak intro hingga koda. Semuanya menjadi alasan kenapa Machine Head harus memuncaki tangga lagu di Inggris selama berminggu-minggu.
Sebenarnya terdapat beberapa materi lain namun tidak dimasukkan dengan pertimbangan tidak kuat secara konsep. Salah satunya “When A Blind Man Cries”. Lagu bernuansa balada ini hanya ditempatkan pada sisi B single “Never Before”. Kita tahu, lagu ini justru termasuk salah satu hit paling populer untuk kuping Indonesia. Belakangan Deep Purple menjadikannya nomor resmi saat merilis ulang dalam rangka peringatan 25 Tahun Machine Head.
Pada September 2012 majalah Classic Rock mengeluarkan edisi Deep Purple sebanyak 124 halaman penuh sebagai respons atas dirilisnya album kompilasi Re-Machined: A Tribute to Deep Purple’s Machine Head oleh label Eagle Rock Entertainment. Produsernya antara lain Glenn Hughes, Matt Sorum dan Zakk Wilde.
Musisi pendukung proyek penghormatan ini meliputi Carlos Santana (“Smoke on the Water”) dan Chickenfoot (“Highway Star”). Glenn Hughes, Chad Smith, Luis Maldonado (“Maybe I’m a Leo”), Black Label Society (“Pictures of Home”), Joe Elliott, Steve Stevens, Duff McKagan, Matt Sorum, Arlan Schierbaum (“Never Before”), The Flaming Lips (“Smoke on the Water”), Jimmy Barnes, Joe Bonamassa (“Lazy”), Iron Maiden (“Space Truckin”), Metallica (“When A Blind Man Cries”), Glenn Hughes, Steve Vai, Chad Smith, Lachlan Doley (“Highway Star” – bonus).
Besarnya pengaruh Machine Head pada tatanan sejarah musik rock telah mereduksi keberadaan album Deep Purple sebelum dan sesudahya. Para kritisi pun seperti kompakan memosisikan album ini sejajar dengan IV (Led Zeppelin) dan Paranoid (Black Sabbath). Ozzy Osbourne memasukkannya ke dalam daftar 10 album terfavorit dalam hidupnya.
Sayang, prestasi agung di atas sekaligus membukakan mata publik tentang kondisi hubungan internal ke lima musisi hebat itu, bahwa sesungguhnya mereka tidak pernah akrab satu sama lain. Tidak ada yang namanya persahabatan. Karya-karya monumental dan mendunia lahir berdasarkan profesionalisme dalam keterasingan. Alhasil, mulailah masing-masing menyoal kontribusi yang berujung pada sengketa royalti.
Ian Gillan beranggapan Deep Purple sudah mandek secara kreatif. Pada 9 Desember 1972, saat berada di Danton, Ohio, dalam rangkaian tur, ia menulis surat pengunduran dirinya yang ditujukan kepada manajer. Namun ia bertanggung jawab untuk menyelesaikan tur hingga 30 Juni 1973. Tidak lama kemudian Roger Glover. Perjalanan Deep Purple MK II berakhir di Koseinenkin Hall, Osaka, Jepang, 29 Juni 1973. Sebuah epilog yang emosional
Formasi legendaris ini berkumpul kembali pada 1986 dan merilis Perfect Strangers. Bukan album yang buruk namun tentu saja tak pernah bisa mengulang sukses Machine Head.
Menyaksikan rangkaian Deep Purple World Tour 2023 adalah moment berharga untuk mencerna lagu-lagu rock inspiratif yang dimainkan langsung oleh sebagian pelaku sejarahnya. (*)
(Foto-foto : Istimewa)