Kamarmusik.id. Michael Jackson mungkin tidak pernah mengira jika sukses Thriller sanggup melampui ambang batas imajinasinya. Pada 30 November 2022, album solo keenamnya tersebut genap berusia 40 tahun dan akan terus dikenang sebagai karya musik terbesar abad ini.
Sampai sekarang penjualan Thriller tak pernah beringsut dari posisi teratas sebagai album terlaris di seantero bumi. Terjual di atas 109 juta kopi, dua kali lipat penjualan album Pink Floyd (Dark Side Of The Moon, 50 juta), AC/DC (Back In Black, 45 juta), Eagles (The Gratest Hits 1971 – 1975, 40 juta), Andrew Lloyd Webber (The Phantom Of The Opera, 40 juta) mau pun Backstreet Boys (Millenium, 40 juta). Bagaimana Thriller sanggup melakukan lompatan besar dalam sejarah?
Setelah menyelesaikan album Off The Wall (Epic, 1979) bersama produser sekaligus sahabatnya, Quincy Jones, kegelisahan rupanya masih menyelimuti lubuk hati Jacko. Dia merasa belum sepenuhnya berhasil melepaskan diri dari bayang- bayang Jackson Five.
Untuk mengalihkan kemuramannya, Jones kemudian mengajaknya menciptakan konsep yang melawan arus tren musik disko yang saat itu tengah menggila di seantero dunia.
Salah satu pemicu ledakan musik disko di pengujung ’70-an adalah keberhasilan The Bee Gees melalui film Saturday Night Fever. Padahal pamornya saat itu tengah berada di tubir jurang. Beberapa ciptaannya tidak ada lagi yang menjadi hit. Barry Gibb mengaku sudah mati gaya untuk mengembalikan kejayaan bandnya sampai kemudian datang tawaran membuat lagu dari produser Robert Stigwood untuk film yang tengah memasuki proses pascaproduksi.
Maka lagu semisal “Staying Alive”, “How Deep Is Your Love”, “Night Fever” dan “You Should Be Dancing” menjadi titik tolak kebangkitan The Bee Gees.
Ditantang menciptakan ramuan antitesa, Jacko memilih sikap ekstra hati-hati. Dia tidak sepenuhnya menafikan booming musik disko, namun justru menyilangkannya dengan banyak genre. Termasuk funk, pop, rock hingga R&B. Musisi pengiring pun diseleksi ketat melalui diskusi panjang. Hasilnya, nyaris seluruh personel Toto terlibat di samping Stevie Wonder, James Ingram, David Foster serta Paul Mc Cartney yang berduet pada “The Girl Is Mine”.
Setelah menghabiskan waktu tujuh bulan (14 April sampai 8 November 1982) di Westlike Studio Recording, album Thriller dilepas pada 30 November 1982. Berisi Sembilan lagu, tujuh di antaranya serentak masuk sepuluh besar Billboard Hot—100 dan bertahan selama sepuluh bulan, termasuk “Billie Jean” dan “Beat It”.
Lagu “Billie Jean” sepertinya menjadi lagu keramat bagi Lous Johnson. Dia berhasil menciptakan permainan bass line yang kini telah menjadi signature, mengimbangi elemen sampling sehingga lagu ini terhindar dari kesan ‘serba mesin’.
Pada 25 Maret 1983 Jacko menyanyikan lagu ini di acara Motown 25: Yesterday, Today, Forever, sebuah acara dalam rangka memperingati 25 tahun Motown Records, ditonton oleh 47 juta orang. Di situlah untuk pertama kalinya Jacko menampilkan tarian “Moonwalk” yang mendunia,
Yang juga selalu diingat dari Thriller adalah solo gitar menggelegak dari Eddie Van Halen pada interlud “Beat It”. Namun berbeda dengan “Billie Jean” dimana Jacko terlihat menguras teknik vokal, kali ini cara dia menyanyi amat linear, terdengar kurang greget. Boleh jadi kecenderungan menahan diri ini sebagai ungkapan rasa hormatnya pada sosok Eddie Van Halen.
Visualisasi Thriller, lagu yang sekaligus judul album, dibuat dalam versi film pendek berdurasi 14 menit dan menjadi revolusi di dunia video klip. Terobosan ini berhasil meruntuhkan arogansi MTV sebagai ranah ‘milik kaum kulit putih’. Pencapaian artistik karya John Landis ini memberi pengaruh besar pada kesadaran di kalangan para sutradara untuk lebih serius dalam menggarap video musik. Singkatnya, sukses Thriller menjadi standar baru bagi para label dalam menjalankan mekanisme promosi, hak cipta, produksi, pemasaran, hingga urusan koreografi.
Pada 1984 Thriller menjadi album pertama yang berhasil membawa pulang delapan piala Grammy. Lebih dari 30 kali Recording Industry Association of America (RIAA) mengganjarnya dengan predikat album multiplatinum.
Hasil penjualan yang masif telah mendongkrak posisi tawar para musisi di hadapan pengusaha rekaman. Menurut John Branca, kuasa hukumnya, Jacko memperoleh 2 dollar untuk setiap keping album Thriller yang terjual. Fakta ini berbanding terbalik dengan nasib musisi kita. Meski sudah diatur undang-undang sekali pun persoalan royalti sampai sekarang belum kunjung membaik.
Dengan keuntungan finansial antastis ini, tidak sedikit pengamat mengatakan bahwa secara tidak langsung Thriller telah ikut menyokong sistem perekonomian Amerika Serikat. Tak heran jika Presiden Ronald Reagan sampai mengundangnya ke Gedung Putih sebagai tamu kehormatan.
Thriller merupakan cetak biru karya musik yang seluruh aspeknya digarap sangat matang. Ini abum jenius yang harus didengar dan disimak oleh setiap lapisan generasi. Begitu revolusionernya, terbukti Jacko sendiri tidak berhasil mengulang kembali sampai akhir hayatnya.
Michael Jackson adalah King of Pop yang tidak tergantikan. (*)