Hujanmusik, Jakarta – Kicau burung terdengar lembut menyisip keheningan pagi. Aroma tanah basah kuat terhirup seketika. Suhu rendah dengan curah hujan yang rapat tampaknya akan mengawal hari-hari hingga tahun depan.
Memberanikan diri membuka jendela bukanlah sebuah kesalahan. Memilih terpaan udara dingin nan segar merupakan cara mengganti daya energi. Terlebih alunan komponis muda Wishnu Dewanta tentang “Gemilang Khatulistiwa”, yang terdengar dari ujung gawai di kejauhan mampu menghangatkan suasanya.
Semacam memilih berselimut ingatan langit cerah setelah lepas dari hujan semalaman.
Saya memang terhitung terlambat menyadari keberadaan karya komposer muda bernama Wishnu Dewanta. Membuka kembali altar ruang redaksi HujanMusik! setelah sekian lama terjerembab kesibukan yang menusuk. Memutar naik deretan surel yang menanti review, hingga tertambat pada sebuah rilisan yang dikabarkan Big Hello Records.
Perjumpaan naratif saya dengan karya Wishnu seperti menumbuhkan impulsif terpendam soal musik berkualitas.
Komposer, orkestrator, dan pengaba muda asal Indonesia lulusan Konservatori Musik Universitas Pelita Harapan itu nyata berani merilis karya “Gemilang Khatulistiwa”. Karya yang telah menghidupi impiannya membawa dan mengeksplorasi budaya nusantara secara orkestra.
Buah kolaborasi dengan Budapest Scoring Orchestra dan seorang penyanyi soprano bernama Pepita Salim itu menghasilkan “Gemilang Khatulistiwa” yang sarat hempasan ornamen budaya nusantara, namun dengan energi muda dan tak jauh dengan pendengaran kita.
Setidaknya ia memberi alternatif menikmati perpaduan musik tradisi dan orkestra dengan caranya. Tambahan amunisi komponis Indonesia yang terhitung jumlahnya. Bagi saya, kemunculan Wishnu Dewanta adalah sebuah kelegaan khasanah karya dan pertunjukan orkestra nusantara.

Dirilis untuk memperingati kemerdekaan RI yang ke 76 lalu, “Gemilang Khatulistiwa” berarti khatulistiwa yang bersinar terang.
Ditulis dengan motif – motif tradisi musik Indonesia agar setiap telinga yang mendengar dapat mengingat dan merasakan kembali ciri khas musik Indonesia.
Wishnu berharap nama Indonesia tetap dan terus mewangi melalui musiknya.
Kuat memiliki pengaruh musikal sejak dibawah asuhan Boby Limijaya dan Antonius Priyanto. Wishnu tercatat ada dibalik beberapa ansambel seperti Stringtronic, Bellevoix Orchestra, Wishnu Dewanta Orkestra, dan Intuition Jazz Chamber.
Ia juga menjadi direktur musik dan penata musik dalam berbagai kegiatan musikal seperti, “Chronicles of Pinnochio and Mulan” (2014), “Caspar” (2017), “Flower of Destiny” (2018), “Asa dan Renjana” dan “Belakang Panggung”.
Sebagai informasi tambahan, Wishnu juga merupakan asisten dirigen Bandung Philharmonic Orchestra (2018), ketua Yayasan SilaNada, dan penggubah musik di perusahaan IP development, JToons Studio Indonesia sejak 2017.
Saya sendiri, selaku penikmat musik amatiran, mengangguk maklum dengan cara produksi dan distribusi “Gemilang Khatulistiwa”. Berkelas, tanpa meninggalkan kejujuran generasi hari ini. Termasuk logo program bakti dari sebuah bank swasta nasional pada sudut artworknya.
“Gemilang Khatulistiwa” Wishnu Dewanta dan Budapest Scoring Orchestra featuring Pepita Salim” telah tersedia di setiap digital platform sejak 13 Agustus 2021.
Artikel ini rilis di HujanMusik! [https://hujanmusik.id], “Catatan Musikal Wishnu Dewanta Perihal Tradisi Nusantara” hujanmusik.id, November 8, 2021