HujanMusik!, Bogor – Dini hari menghunus, waktu memantik selepas pukul 02.13. Sementara kalender menunjuk tanggal 5 Desember 2021. Seolah mengeja dan memberi makna. Ia yang hadir dengan sekelebat kabar duka tak disangka-sangka. Sekelumit luka menganga setelah sepersekian detik seorang kolega bernama Andi mengabarkan berpulangnya sang legenda. Musisi jazz kenamaan Idang Rasjidi.
Seketika, batin mendadak runtuh. Kuasa pertahanan luluh dan mendorong bergerak cepat menuju kediaman Arya Widura di Bogor Utara. Menembuh hujan tipis demi memastikan kabar pasti.
Pelataran komplek Arya Widura penuh dengan kerabat kerja, kolega dan keluarga, juga sanak saudara. Bendungan dipelupuk mata nyaris lepas jika hujan tak segera menghapus, menyaksikan bahwa benar, jasad sang legenda baru selesai dimandikan untuk kemudian dibaringkan menuju peristirahatan kekalnya.
Dipelataran, Andi menyambut dan memberikan laporan singkat bagaimana sang legenda berpulang. Andi adalah sosok fotografer cum videografer yang dalam satu tahun terakhir mendampingi proses kreatif Idang Rasjidi.
Beberapa bulan sebelumnya, ia dan Idang Rasjidi baru saja pulang dari Bangka untuk proses video dokumenter dan persiapan perhelatan musik disana.
Andi menjadi salah satu sosok yang dekat dengan Idang Rasjidi saat beliau menghabiskan hari-hari belakangan di rumah sakit Azra Bogor. Menggambarkan bagaimana Idang Rasjidi tetap kukuh dan berusaha keras untuk tak menyerah dengan kondisi tubuhnya.
Kami berdua sepakat bahwa sisi baik seorang Idang Rasjidi telah mewariskan sikap yang layak untuk diteladani. Bukan soal nama besarnya di industri musik, tapi pandangannya soal hidup dan menumbuhkan semangat untuk meraih sesuatu.
Tentu saja dengan kadar penerimaan masing-masing.
Rasanya belum lama menyusuri detail beranda rumah di Arya Widura beberapa waktu silam. Momentum kami berdebat keras soal industri televisi yang mengkooptasi, tepat pada saat ia harus memutus sikap, mengkurasi apakah saya layak menjadi bagian dari keluarga sahabat baiknya. Semacam fit and proper test apakah saya layak menjadi pendamping hidup putri sahabatnya saat itu.
Perdebatan yang didasari pertahanan sikap berlangsung cukup tajam dan saling mengkoreksi. Saya cukup kagum dengan penguasaan beliau diluar konteks image-nya sebagai seorang musisi. Semakin kagum dengan sikap konsekuen beliau ketika memutus dan memberikan rekomendasi bahwa saya masuk kategori ‘sangat layak’.
Sesuatu yang tak disangka-sangka.
Secara musikal, saya tak banyak interaksi panggung. Hanya beberapa panggung kecil sebagai sesama penampil. Itu pun dalam waktu yang berbeda dan tak pernah ada perjumpaan di backstage. Selebihnya sebagai penonton dan pengagum.
Perjumpaan fisik perdana terjadi sekira 2008 silam di Bellanova Sentul Bogor, saat itu saya masih jurnalis amatir untuk tabloid komunitas yang melakukan tugas liputan atas undangan mendiang Rina Gunawan. Di panggung Idang Rasjidi menunjukan kharisma dan gaya bercanda yang melekat. Tampil atraktif dengan dukungan Shadu dan Shaku, dua putranya yang saya kenal dikemudian hari. Belakangan saya ketahui bahwa ia sedang memanggungkan Idang Rasjidi Syndicate.
Gaya panggung yang sama yang kemudian saya temukan dalam berbagai festival dan pertunjukan musik jazz lainnya. Menjelaskan bagaimana perjalanan panjang musikalitas Idang Rasjidi sejak muda.
Kepiawain memainkan piano dan berbagai bebunyian dengan vokalnya membawa ia kali pertama muncul bersama Abadi Soesman Band. Hingga akhirnya menemukan warna jazz yang terasah berkat persinggunggannya dengan berbagai musisi senior semacam Ireng Maulana dan Kiboud Maulana. Saat itu ia bergabung dalam Ireng Maulana Associate.
Pada sebuah laman wikipedia, dituliskan bahwa perjalanan musik Idang Rasjidi terus melebar bersama The Galatic yang saat itu diperkuat Maryono (saxophone), Benny Mustapha (drum), Oele Pattiselanno (gitar), Benny Likumahuwa (Trombone), Dullah Suweileh (perkusi) dan Jeffrey Tahalele (bass).
Selain bersama musisi senior, Idang juga bermusik dengan rekan-rekan seangkatannya. Tercatat bersama Indra Lesmana, ia membentuk Indra Lesmana – Idang Rasjidi Reformation Jazz. Kemudian bersama Candra Darusman, Jopie Item dan Hari Subardja, Uche Haryono, Tito Sumarsono, Idang terlibat dalam rekaman Tika Bisono dan Denny Hatami.
Jakarta All Stars yang tampil di arena North Sea Jazz Festival, Belanda juga turut mencatatkan namanya sebagai salah satu personil bersama Kiboud Maulana, Embong Rahardjo, Cendi Luntungan, Jeffrey dan Adjie Rao
Lalu ada juga Trigona dengan warna latin fusion jazz yang dibentuk Idang bersama Cendi Luntungan dan Yance Manusama. Kelompok ini telah beberapa kali melanglang buana ke North Sea Jazz Festival di Belanda dan bahkan pernah melakukan konser tunggal di Malaysia.
Pun halnya dengan Idang Rasjidi Trio dan Idang Rasjidi Syndicate. Berbagai gelaran festival jazz tanah air rutin disapa.
Untuk album, Idang sempat merilis satu solo album yang berjudul “Heaven and Earth” (1996), lalu album Jazzy Christmas Margie Segers (2004). Kerja sama ini berlanjut dengan pembuatan album Idang sendiri yang berjudul Jazzy Piano (2005). Berikutnya “Sound of Hope” (2008) dan “Sound of Truth” (2009).
***
05 Desember 2021, waktu menuju pukul 09.45, ambulan pembawa jenazah telah merapat tepat didepan pintu masuk beranda rumah. Rupa-rupa orang terlihat membantu mengangkat dan mengarahkan jasad sang legenda kedalam ambulan.
Wajah-wajah familiar bertebaran sejak dari parkiran hingga ujung beranda. Semakin rapat begitu jelang keberangkatan jenazah.
Rintik hujan semakin menajam, memberi jarak tangisan dalam yang tak sempat terurai. Sebut saja ini perpisahan yang memang diharuskan.
Denny MR dan Ivanka terlihat ada pada salah satu barisan yang mengantar. Pun halnya Gerry Herb yang hadir muncul dan membiarkan dirinya terpapar rintik hujan.
Idang Rasjidi pada akhirnya menuju peristirahatan kekalnya di TPU Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta. Sederet kerabat mengantarkannya dengan setia meski hujan tak henti mengguyur hingga ia dikebumikan.
Jika pepatah mengatakan bahwa jiwa seorang seniman tak akan mati. Saya perlu menuliskannya, yang tak mati dari serang Idang Rasjidi adalah jiwanya.
Selamat jalan legenda.
Artikel ini telah rilis di HujanMusik! [https://hujanmusik.id], “Yang Tak Mati dari Idang Rasjidi” , Januay 14, 2022