Kepastian ‘reuni’ Deep Purple dan God Bless meluncur dari founder Rajawali Indonesia, Anas Syahrul Alimi, melalui press conference Jumat pagi, 13 Januari 2022, bertempat di Natahati Coffee Eatery, Solo. Hadir Wali Kota Solo Gibran Rakabuming.
“Konser nanti merupakan kado dari kami untuk God Bless yang tahun ini memasuki usia ke-50,” kata Anas yang pernah mendatangkan Whitesnake pada 2020. Keduanya dijadwalkan tampil bersama pada 10 Maret 2022 di Editorium UMS yang mampu menampung 10.000 penonton. Kelak itu akan menjadi pertemuan mereka yang kedua setelah 48 tahun.
Deep Purple tengah melakukan rangkaian dari World Tour 2023. Setelah Solo mereka akan melanjutkan perjalanan ke Tokyo (Budokan, 13 Maret), Hiroshima (Ueno Gakuen HBG Hall, 17 Maret), Fukuoka (Sun Palace Hall, 19 Maret) dan Osaka (Intec Arena, 21 Maret). Kali ini membawa gitaris baru, Simon McBride, sebagai pengganti Steve Morse yang resmi mengundurkan diri karena ingin memfokuskan perhatian pada istrinya yang terpapar kanker.
Gitaris kelahiran Belfast, Irlandia, 9 April 1979, ini mulai bermain untuk Deep Purple sejak awal 2022 namun baru resmi diangkat sebagai personel tetap pada 16 September 2022. Baginya hal ini sesuatu yang luar biasa mengingat Deep Purple adalah idolanya di samping Led Zeppelin dan Free. McBride dikenal juga sebagai penyanyi, produser, penulis lagu dan pengajar.
Deep Purple dan God Bless pertama kali tampil sepanggung pada 4 dan 5 Desember 1975 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Konser tersebut menjadi peristiwa penting yang mengubah Indonesia dalam memaknai dunia pertunjukan.
Seperti ramai diberitakan media cetak ketika itu, God Bless tidak muncul pada hari pertama. Penyebabnya, peralatan Deep Purple tertahan di bandara. Sementara itu di Stadion GBK penonton sudah membeludak dimana sebagian massa yang tidak memegang tiket berusaha memaksa masuk.
Akibatnya sebagian pintu berhasil dijebol pada saat God Bless tengah bersiap melakukan sound check. Manajemen Deep Purple pun memangkas waktu sound check karena peralatan mereka yang baru tiba menjelang sore harus segera dipasang. Pihak God Bless tidak terima atas perlakuan yang mereka anggap semena-mena. Maka, tidak terhindarkan lagi di belakang panggung segera terjadi ketegangan.
“Ada sedikit keributan dengan Denny Sabri,” kenang Achmad Albar. Denny Sabri adalah wartawan majalah Aktuil yang mendatangkan Deep Purple melalui promotor Buena Ventura. Keputusan tidak tampilnya God Bless dikeluarkan oleh Hendra Lee, manajer pertama God Bless.
“Saya tidak rela band saya diperlakukan seenaknya. Kami sudah menyewa sound system yang terbaik agar Indonesia tidak dipandang sebelah mata,” kata pemilik Mata Elang Production tersebut kepada saya. Akan tetapi meski tidak jadi tampil seluruh personel tetap hadir menonton.
“Konser Deep Purple membawa revolusi dalam panggung pertunjukan musik di Indonesia,” kata Donny Fattah. Tata suara yang menggelegar juga membuat telinga Ian Antono kesakitan. “Itu pertama kali saya nonton konser dengan sound system sangat keras.”
Masih segar dalam ingatan drummer Teddy Sudjaya bahwa setelah terjadi keributan antara bandnya, promotor dan manajemen Deep Purple, penonton menyambut antusias atas aksi panggung God Bless. “Mereka kasih aplauss yang meriah kok, kepada kami.”
God Bless yang ketika itu belum memiliki album sendiri membawakan beberapa lagu versi cover termasuk “Eleanor Rigby” (The Beatles) dan “Friday On My Mind” (Easy Beat) yang kemudian dimasukan ke dalam debut album mereka.
Untuk menyegarkan ingatan, Deep Purple pernah masuk The Guinness Book of World Records sebagai band paling bising di dunia setelah mengguncang The London Rainbow Theatre, 1972.
Deep Purple World Tour 2023 menarik disaksikan. Penonton yang pernah menyaksikan pada 1975 dapat mengundang kembali ingat mereka. Ada pun generasi milenial dan gen Z memperoleh kesempatan untuk menambah wawasan dengan melihat langsung aksi jago-jago tua.
Deep Purple merupakan salah satu triumvirat di samping Led Zeppelin dan Black Sabbath yang diakui dunia sebagai peletak dasar musik heavy metal. (*)