KamarMusik.id. Pada hari kedua JogjaROCKarta 2022, Minggu 25 September, Tebing Breksi tetap menjadi magnet penggila rock yang merasa perlu untuk menjadi bagian dari sejarah festival yang bertema History Continues. Kali ini giliran Death Vomit, Voice of Baceprot, Seringai, Godbless dan Jamrud menjadi mesin pemanas bersama Hiatus Mantra, Prison of Blues dan The Melting Minds.
Hiatus Mantra menjadi pembuka tabir sakral panggung rock JogjaROCKarta. Mengusung roman psychedelic dengan hunjaman doom, tepatnya psychedelic stoner doom, band asal Malang ini terhitung menguasai panggung dengan menggeber empat lagu. Sebagai lulusan IndiHome I-Konser Rockfivetival Goes To JogjaROCKarta, band dengan formasi Erfan (vokal & gitar), Tewal (drum), dan Eno (bass) patut diperhitungkan pergerakannya.
Pemanas berikutnya adalah Prison of Blues, unit psychobilly dari Temanggung yang memiliki jam terbang main di festival di Northampton (Inggris), Barcelona (Spanyol) dan beberapa venue di Republik Ceko, Jerman, Belanda, Hungaria, Serbia dan Rumania. Di JogjaROCKarta Bowo (vokal), Aldino (Contra bass, Antok (drum) dan Dharu (gitar) melahap delapan lagu dengan penutup “Mimpi Buruk”. Secara khusus Prison of Blues juga mengajak Bayu Randu mendukung penampilan mereka kali ini.
Pada penampilan ketiga, crowd kembali disuguhkan psychedelic rock yang dibawakan The Melting Minds, band asal Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, yang baru merampungkan album perdana itu memainkan banyak part psychedelic rock dan eksperimental dari dekade 60s-70s. Slinky Bones (gitar, vokal), Dhandy Satria (gitar, vokal), Ahmad Tubagus (gitar), Gratia Simanjuntak (drum), Wawakzk (drum), Yafet Yerubyan (synth), dan Marcellinus Yoga (bass) menyajikan set khusus dengan dukungan storyteller berkarakter demon dan penyanyi latar manis yang mereka sebut Voice of the Angels. Tentu saja di JogjaROCKartaini mereka tetep tampil dengan attitude ‘chaos and order’ dalam tujuh lagu, diantaranya “The Snake” dan “Alternate Universe”.
Menjelang pukul 16.00 WIB terlihat crowd mulai merangsek mendekati barikade panggung. Di atas panggung terlihat personel Voice of Baceprot (VoB), salah satu penampil yang ditunggu-tunggu: Firdda Marsya Kurnia (gitar/vokal), Euis Sitti Aisyah (drum) dan Widi Rahmawati (bass). Tak lama berselang meluncurlah “Public Property” dan “Age Oriented” sebelum sesi intrumental yang dimainkan ketiganya. VoB merupakan fenomena nu metal/trash metal yang namanya tengah meroket. Sepulang mereka dari tur Belanda, Belgia, Prancis, Swiss dan terakhir Jerman, band yang lahir di Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada 2014 lalu itu semakin mumpuni memberikan suguhan. Moshing dan circlepit menjadi cara crowd merespon penampilan ketiganya. Bahkan setiap jeda lagu teriakan “VoB..VoB…VoB” terus membahana.
Di JogjaROCKarta VoB membawakan total 10 repertoar termasuk cover System Of A Down dan Rage Against The Machine. Tentu saja mereka membawakan “School Revolution” dan “God, Allow me (please) to Play Music” sebagai penutup.
Jeda sejenak dari keriuhan, sebelum penamilan berbahaya lainnya, JogjaROCKarta menampilkan aksi solo drum drummer cilik Hasan Alimi.
Begitu waktu yang ditentukan tiba, penampil keempat giliran metal legendaris asal Yogyakarta Death Vomit melaju dengan paparan death metal yang kuat. Sofyan Hadi (gitar/vokal), Oki Haribowo (bass) dan Roy Agus (drum) tak memberi kesempatan telinga untuk rehat, seolah mengingatkan bahwa hari itu di Breksi sedang pesta kaum cadas. Hantaman “Wings of Wrath”, “Emerged Rage”, “In War for Deliverance”, dan “Empire Enforced” membuktikan tanda pesta itu. Suasana semakin mencekam begitu “Ancient Spell of Evil” dan “Unleash The Beast” dilepas demi mengiringi headbanging crowd, sebelum ditutup dengan “Where The Devil Blessed”
Di JogjaROCKarta Death Vomit tampil dengan kekuatan penuh sebagai pengobat rindu fans yang memang sudah cukup lama menanti penampilan mereka di Yogyakarta, tanah kelahiran mereka.
Waktu menunjuk pukul 17.50 WIB, cuaca sekitara Tebing Breksi sedikit redup, saat Edane terlihat mulai memasuki panggung. Tanpa membuang waktu Ervin (vokal) langsung memberi komando untuk meminta crowd merapat dengan iringan intro yang garang. Hentakan drum Fajar Satritama berjibaku dengan iringan gitar Eet Sjahranie dan Hendra Zamzani. Tampilnya Edane di JogjaROCKarta menjadi jejak kuat band yang berdiri sejak 1991 itu terus membuktikan eksistensinya. Karya-karyanya yang lekat dalam ingatan penggila rock memang terbukti dinyanyikan bersama crowd di venue Main Stage Tebing Breksi. “Hail Edan”, “Rock in 82”, “Time to Rock” dan “Kau Pikir Kaulah Segalanya (Kau Maniz kau Ibliz)” adalah tiga diantara lagu yang hafal dinyanyikan bersama crowd.
Selepas Edane giliran Seringai menguasai panggung. Tanpa banyak dialog Arian (vokal) langsung mengajak crowd melafalkan “Individu..individu merdeka”, lantas meluncurlah “Mengadili Persepsi”. Gempuran metal high-octane Ricky Siahaan (gitar), Sammy Bramantyo (bass) dan Edy Khemod (drum) membuka ruang circlepit yang berujung moshing sejak lagu pertama hingga “Amplifier”, “Tragedi”, “Adrenalin Merusuh” hingga “Omong Kosong”.
Arian terlihat tampil maksimal meski mengaku kondisi suaranya sedang tidak prima. Alhasil dari 13 lagu yang disiapkan untuk digeber di JogjaROCKarta, beberapa diantaranya tidak dibawakan. Meski demikian lagu penutup “Dilarang di Bandung” sukses memuaskan dahaga Serigala Militia di JogjaROCKarta.
Menjelang malam suasana panas Tebing Breksi makin menjadi-jadi. Crowd tidak beranjak demi menanti dan menikmati atraksi rock. Di panggung terjadwal Godless tampil mengisi, riuh sorak pun membahana begitu Ian Antono (gitar) muncul dan membuka sapaan dengan solo gitar “Padamu Negeri” bersama Abadi Soesman (keyboard), Fajar Satritama (drum) dan Arya (bass). Berturut-turut band legendaris yang memainkan hard rock dan rock progresif mengguyur crowd dengan tambahan Ahmad Albar (vokal) melalui “Blablabla”, “Kehidupan”, “Menjilat Matahari”, “Rumah Kita”, “Srigala Jalanan” dan “Syair Kehidupan”. Rasa-rasanya sematan legendaris memang tepat untuk band sekelas Godbless yang masih aktif sejak berdiri tahun 1973 hingga saat sekarang.
Di JogjaROCKarta Godbless tidak tampil bersama Donny Fattah Gagola (bass) yang sedang masa pemulihan kesehatannya. Ahmad Albar pun mengajak penonton yang hadir untuk mendoakan pemulihan Donny Fattah, sebelum membawakan “Panggung Sandiwara”, “Musisi”, “Bis Kota” dan “Semut Hitam”. Sebagai penutup, band yang masuk daftar The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa versi majalah Rolling Stone Indonesia itu membawakan “Trauma”.
Sebagai penampil terakhir, Jamrud mampu memberikan hiburan yang memunculkan riuh sorak crowd yang hadir. Heavy metal/rock asal Cimahi itu membuka pertunjukannya dengan “Senandung Raja Singa” yang di-medley dengan “Asal British”. Formasi Aziz M.S (gitar), Ricky Teddy (bass), Danny Rachman (drum), Mochamad Irwan (gitar) dan Krisyanto (vokal) memang ditunggu sebagian fans di JogjaROCKarta. Wajar jika sebagian besar hit Jamrud yang dibawakan malam itu dihafal sebagian besar crowd. Seperti “Dokter Suster”, “Ningrat”, “Berakit Rakit” dan lainnya.
Keriuhan Main Stage sukses memuaskan crowd JogjaROCKarta sejak siang hingga pungkasan. Dalam dua hari penyelenggaraan suasana pesta penggila rock terlaksana sama hebatnya. Arena Rock dan Panggung Petir yang menyajikan band rock dari Jogjakarta dan deretan band rock keluaran program Rockfivetival Goes To JogjaROCKarta 2022 juga sukses mendatangkan penampil untuk dinikmati. Pada hari kedua Panggung Arena Rock tercatat menampilkan SMSTR 10, The Trengginas, The Kudanil, Roket, Fun As Thirty, Psychoriot, Havinhell, The Kick dan Metalic Ass. Sedangkan Panggung Petir diramaikan oleh Saintjimmy, Circle Fox, Haszh, Heks, The RIng, Temaram, Sunlotus, Cangkang Serigala dan Sakarin.
JogjaROCKarta 2022 besutan Rajawali Indonesia tak hanya meneruskan sejarah, namun juga telah mencatat sejarah. Menghadirkan sensasi pertunjukan musik rock dari Tebing Breksi. Aksi-aksi yang menebar ingatan.
Kita tunggu saja kejutan JogjaROCKarta berikutnya.