Oleh – Denny MR
Kamar Musik.id. Menyiapkan pertunjukan musik bagi musisi dengan usia rata kepala tujuh bukan sekadar menjaga stamina agar tetap prima, tetapi juga soal bagaimana mempertahankan disiplin spartan. Mulai latihan rutin hingga melakukan berbagai kegiatan promosi. Itulah hari-hari yang kini tengah dijalani oleh Achmad Albar (vocal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bass), Abadi Soesman (keybard) dan Fajar Satritama (drum).
Setiap tanggal 5 Mei God Bless selalu memperingati kelahirannya dengan tradisi sederhana, berupa acara potong tumpeng disaksikan anak istri dan cucu. Sesekali disaksikan teman atau kerabat dekat. Namun khusus untuk yang ke ke-50 untuk pertama kalinya mereka akan merayakannya secara khusus dan besar-besaran.
Istora Senayan, Jakarta, Jumat, 10 Nopember 2023, akan menjadi arena peluncuran resmi Anthology, album yang memang khusus dibuat dalam rangka syukuran atas keberhasilan band tersebut melewati usia perjalanannya. Sekitar 25 persen dari luas venue akan diperuntukan membangun panggung raksasa untuk dapat menampung 50 musisi orkestra dengan konduktor Tohpati dan sejumlah bintang tamu. Dalam versi rekaman, unsur orkestra diisi oleh Chezch Symphony Orchestra.
Adanya elemen orkestra dalam lagu-lagu God Bless sesungguhnya merupakan wacana sejak lama, bahkan jauh sebelum perilisan album Cermin7 (2016), hanya saja eksekusinya selalu terkendala sejumlah alasan.
Sedikit mundur ya, usai penggarapan album versi akustik produksi Aquarius Musikindo (2020), Achmad Albar dan kawan-kawan sebenarnya sudah mulai memikirkan materi baru. Dalam berbagai diskusi yang berjalan, rencana tersebut timbul tenggelam dengan wacana merilis album kompilasi yang dapat merepresentasikan jejak panjang mereka di dunia musik rock.
Pemikiran ini tercetus karena pada album kompilasi 16 Greatest Hits of God Bless (1990) yang dirilis oleh Logiss Records, terdapat empat lagu yang direkam ulang, yaitu “Huma Di Atas Bukit”, “Setan Tertawa”, “She Passed Away” dan “Musisi”. Sedang sisanya berisi lagu-lagu dalam aransemen original. Para rocker gaek itu menginginkan album kompilasi yang lebih utuh dengan aransemen original atau baru. Sekali lagi, wacana ini pun perlahan menguap karena dianggap sudah terlalu umum.
Pada saat itulah keinginan memasukkan elemen orkestra kembali mengemuka. Bentuk terakhir ini dianggap lebih menantang. Selain merupakan hal baru, juga mengharuskan mereka berkolaborasi dengan pihak eksternal yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
Pertanyaannya, siapa yang akan menjadi produser yang akan diajak kerja sama untuk menangani aranemen orkestrasi? Sejumlah kandidat bermunculan mengisi perdebatan, hingga akhirnya mengkristal pada satu nama: Tohpati.
God Bless sudah sering berkolaborasi banyak musisi lokal lintas generasi. Yang belum mereka lakukan adalah dengan musisi luar. Atas dasar inilah, disamping ketersediaan waktu, God Bless dan Tohpati memutuskan Chezch Symphony Orchestra, Praha.
Bintang Tamu
Konser Emas 50 Tahun God Bless juga akan berlangsung seru karena mempertemukan kembali dua penyanyi rock cewek yang baik karisma dan popularitasnya sama-sama bertahan, yaitu Nicky Astria dan Anggun. Pada era ’90-an keduanya kerap tampil bersama. Yang paling fenomenal terjadi dalam tur Lady Rockers 1992 di seantero pulau Jawa. Manampilkan Nicky Astria, Nike Ardila, Anggun C Sasmi, Poppy Mercury dan Inka Christie yang saat itu masih menggunakan nama asli Rinny Chries Hartono.
Sebagai penyanyi paling senior, Nicky – saat itu berusia 25 tahun – dititipi oleh para tua masing-masing agar menjaga dan mengawasi para penyanyi yang rata-rata masih belia. Tidak kuasa menolak dan pada dasarnya senang ramai-ramai, permintaan tersebut disanggupinya.
Dalam perjalanan dari satu kota ke kota lain, kamar hotel Nicky Astria dengan segera berubah fungsi menjadi pos tempat curhat para abege tersebut. Pada saat itu Anggun selalu mengenakan kalung tengkorak yang dianggapnya sebagai simbol musik metal dan setiap muncul di panggung tak pernah lepas dari baret merah. Menurut Nicky, Anggun nampak paling pendiam. Berbeda dengan nama lain yang recet dan rata-rata berasal dari tanah parahyangan.
Satu-satunya cowok yang juga rajin ikutan curhat adalah Surendro Prasetyo alias Yoyo, drummer Andromeda yang menjadi band pengiring dalam tur tersebut.
Namun lama-kelamaan Nicky Astria mulai merasa kewalahan mengawasi para remaja tanggung itu dengan segala ulahnya.
Menjelang satu bulan perjalanan mengelilingi pulau Jawa, kebosanan mulai menjalar di pikiran masing-masing. Untuk menghalau kejenuhan, Nicky lantas mengusulkan semua penyanyi wajib menjadi backing vokal jika salah seorang di antara mereka kebagian giliran tampil. Tanpa persiapan apalagi latihan.
Saat dirinya membawakan “Misteri Cinta”, Anggun, Nike Ardila, Inka dan Poppy Mercury dan Christie diminta kompakan mengeluarkan suara desis. Mungkin karena ada hubungannya dengan penggalan liriknya, ”Kala cinta berlabuh di dermaga”. Nicky tak ingat pasti bagaimana respons penonton ketika itu, ia cuma geleng-geleng kepala sambil melepas tawa mengingat peristiwa saat itu.
“Baraong kabeh (badung semua),” kenangnya.
Nike Ardila dan Poppy Mercury kini telah almarhum, meninggalkan banyak hit abadi. Ada pun Sorendro Prasetyo alias Yoyo kita kenal sebagai drummer Padi Reborn yang akan bertindak sebagai band pembuka Konser Emas 50 Tahun God Bless.
Para bintang tamu umumnya pernah tampil sepanggung dengan God Bless sehingga masing-masing dapat menjaga benang merah jalannya pertunjukan panggung musik rock yang dibalut orkestra.
Kemunculan Kaka Slank, misalnya, dapat dianalogikan sebagai tindakan ‘balasan’. Achmad Albar dan Ian Antono pernah menjadi tamu dalam ulang tahun ke-32 Slank di TVRI. Sementara Kaka dan Ian Antono tampil bareng pada acara ulang tahun ke-3 TVOne. Antara kedua band rock tersebut terbiasa berbagi peran dalam mengguncang panggung. Akan halnya Kotak pernah tur bareng God Bless dan /rif dalanm tur Super Rawk di seputaran Jawa Barat, 2017.
Eet Sjahranie bahkan pernah memperkuat formasi God Bless, menggantikan Ian Antono, dan turut berkontribusi dalam album Raksasa (1989) dan Apa Kabar? (1997)
Konser Emas 50 Tahun God Bless dipromotori oleh Norsth Entertainment, dengan penggarapan produksi oleh Megrapro dan didukung penuh Mata Elang. Sekadar mengingatkan, Megapro merupakan entitas di balik sukses Gong 2000. Sedang pendiri Mata Elang, Hendra Lee, adalah mantan manajer kedua God Bless.
Foto image: Evan Antono.