III. Politik
Slank selalu menghindar untuk bergabung dengan kekuatan politik ya?
Kaka : Banyak ketakutannya sih dari kami. Pertama harus tahu dulu apakahcita-cita mereka sama dengan kami atau tidak?
Abdee : Contohnya, kami percaya sama Amien Rais, secara pribadi visi kami sama. Tapi kan dia punya partai. Apakah cita-cita mereka sama. Kan belum tentu. Apakah kelompoknya itu mau menunjang cita-cita Amien Rais? Itu masih manjadi tanda tanya.
Ivanka : Kami berjuang menjalankan cita-cita. Kalau partai berjuang untuk menjual cita-cita. Itu bedanya.
Abdee : Pertimbangan lain, kami selalu mengatakan bahwa Slank berdiri diatas semua golongan. Artinya, Slank milik masyarakat umum. Tujuannya untuk menyatukan bangsa ini.
Tapi Slank kan selalu menerima kunjungan tokoh-tokoh politik…
Bimbim: Itu semua mereka yang minta, ya kami terima. Kemarin kami datang ke KPK karena kami ingin membalas kunjungan mereka setahun lalu.
Abdee : Sebodoh-bodohnya kami (soal politik), kami ngikutin perkembangan mereka. Kayaknya Amien Rais boleh nih visinya. Dia termasuk tokoh yang menepati janji. Kan dia pernah bilang, kalau gagal saya akan balik ke Yogya untuk mengajar. Saya akan mengamati saja. Itu diomongin di depan kami. Nggak ikutan main terus.
Kaka : Gue ambil simpelnya saja. Mereka datang baik-baik, ya kami terima.
Bimbim : Ada proses seleksi juga dari kami.
Slank rajin melancarkan kritik sosial, seberapa besar sih keyakinan kalian pada kekuatan sebuah lirik?
Bimbim : Yakinlah. Lirik itu mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat. Dulu mau perang saja kan sampai dibikinin lagu (menyanyikan potongan lagu“Halo-Halo Bandung”). Mereka kan mengamati kami, melihat sepak terjang kita. Ucapan-ucapan kami. Pihak-pihak kayak KPK, Kontras, Amien Rais ngajak kami karena mereka tahu kami punya kekuatan.
Kaka : Kan bisa dilihat juga, kenapa fans kami yang sebanyak itu bisa loyal sepanjang tahun.
Abdee : Ada juga pihak-pihak yang gagal menyuarakan lewat musik dan lirik, karena apa yang dia lakukan tidak sesuai. Ada satu contoh, John Cougar Mellencamp. Musisi Kanada yang menyuarakan tentang Amerika. Dia dianggap patriotik. Suatu saat diundang (mantan presiden) Ronald Reagan dan ikut
berkampanye. Orang akhirnya nggak percaya lagi. Slank berusaha melakukan apa yang kita suarakan itulah yang kita lakukan.
Bimbim: Slank akan terus berjuang. Sebenarnya untuk soal pembajakan itu kami sudah ada beberapa ide tapi selalu kepentok.
Misalnya?
Bimbim : Jaman dulu sempat mau turun ke jalan untuk kampanye anti pembajakan-lah, udah rapat berapa kali dengan orang ASIRI, musisi. Sebenarnya kalau semua musisi mau berkumpul kemudian nemuin Kapolri membawa contoh bajakan, tapi harus rutin, bila perlu seminggu sekali. Gue rasa enam bulan akan ada hasilnya. Soalnya di Indonesia hukum dan aparat harus dipermalukan. Menurut gue sekarang musisi harus bersatu untuk mempermalukan hukum dan aparat. Lo ini gimana sih, ada pelanggaran hukum kok dicuekin?
Kaka : Dulu sebenarnya kami mau fight. Tapi sekarang sih ah, mendingan jalan sendiri-sendiri deh. Rapat melulu!
Menurut kalian apa yang salah dari sistem yang kita miliki?
Bimbim : Satu generasi harus hilang dulu…..
Kaka : Ya, bener. Kita ini kan, teenager terutama, terbentuk karena isian orang tua jaman dulu. Mereka melewatkan masa remaja dengan pembelajaran dari orang tua dan lingkungan. Sementara kejadian korupsi di lingkungan kita udah sehari-hari. Di Indonesia korupsi terjadi di semua level. Jadi, harus ada satu generasi yang dihapus. Restart-lah kasarnya. Yang salah di sini adalah mind set-nya. Kayak kemarin waktu di KPK, ada contoh kasus, seorang anak kecil dikasih duit seribu buat beli terasi. Kembaliannya gopek. Nah, di tengah jalan itu anak ketemu warung terus beli dulu deh (permen) Sugus. Tinggal dua setengah kan, baru dibalikin. Ibunya mengiyakan. Padahal sebetulnya itu bukan pendidikan yang bagus untuk seorang anak.
Bimbim : Kita dalam tahap menjaga generasi kita ke bawah. Soalnya untuk generasi di atas kita udah nggak bisa diapa-apain.
Abdee : Kita ngomong Pancasila dan moral segala macam, tetapi dalam pendidikan di sekolah moral menjadi nomor dua. Di SD atau SMP, ada nggak pelajaran untuk menghargai karya orang lain. Orang sekarang dengan enteng membeli bajakan karena memang dari dulu (kita) nggak pernah ada pelajaran ke arah situ. Di Amerika dan Prancis undang-undang hak cipta sudah ada sejak abad 18. Di Amerika, Jepang atau Korea, kalau lo tanya tentang film, orang akan sebut sutradaranya. Karena mereka diajarin untuk menghargai karya. Di sini kalau bicara tentang film, paling yang disebut Luna Maya. Untunglah generasi sekarang mulai sadar.
Bimbim : Kita ngajarin anak-anak jangan beli bajakan tapi anaknya abang-abang gue disuruh beli bajakan. Akhirnya anak gue sama anak sepupu gue berantem. “Kata papa nggak boleh beli bajakan.” Eh, anak sepupu tadi bilang,”Ah, nggak apa-apa murah ini kok.”
Menurut Slank tipe presiden yang cocok untuk Indonesia?
Kaka : (terdiam) Presiden yang muda, tapi tetap harus militer. Harus yang sosoknya asoy, cerdas dan disiplin.
Lirik-lirik Slank sekarang kedengarannya kok kurang tajam …
Kaka: Memang gue akui kebebasan gue sudah hilang setelah album Kampungan. Gue nggak bisa lagi nongkrong-nongkrong, udah kelihatan orang. Jadi, sources rasanya rada berat buat gue.
Bimbim : Dulu bikin lagu di pantai berjam-jam dicuekin orang. Sekarang baru 15 menit udah penuh, tuh.
Abdee : Pertama gue masuk Slank enemy-nya masih satu, Orde Baru. Kami masih ngomongin reformasi. Itu topik pembicaraan setiap ketemu mau bikin lagu. Sekarang topik itu sudah nggak ada lagi. Kami nih seniman yang menyuarakan aspirasi di jamannya. Sekarang siapa yang ditunjuk sebagai common enemy? Nggak ada. Sekarang kami ngajarin aja, bikin lagu “Mars Slankers,” ayo berjuang. Ya, yang gitu-gitu.
Kaka : Sekarang kami bicara tentang cinta supaya orang bisa respect each others.
Kata-kata (maaf) “onani” dalam Kampungan versi kaset diubah menjadi frustrasi dalam versi CD. Kenapa?
Ridho Hafiedz (gitar) : “Menurut gue itu kesadaran…”
Kaka: Dari dulu bokapnya Bimbim selalu menjadi partner untuk diskusi. Terus kami tanya sama beliau, as an adult, kira-kira kalau ada pernyataan seperti ini akan bikin orang tersinggung nggak.
Bimbim : Kami mempertimbangkan generasi ke bawah juga. Semacam self sensor-lah. Waktu album Tujuh ada lagu “Siapa Yang Salah,” isinya lebih baik revolusi.
Kaka : Menurut narasumber kami, jangan dulu. Sebelum pecah reformasi tuh. Inspirasinya dari White Album (The Beatles).
Bimbim : Akhirnya kami coret, padahal sudah dicetak di cover.
Abdee : Waktu itu suasana udah mulai panas. Lantas bokap (Bimbim) bilang,kalau (lagu itu) diloloskan apakah akan menambah baik atau buruk.
Berarti Slank sudah tidak slengean lagi?
Bimbim : Iya.
Nampaknya sekarang Slank menulis tema kemiskinan dari jendela ber-AC….
Kaka : Tapi itu udah jujur lho tentang kejadian sosial yang ada, memang sekarang gue melihat segala sesuatu dari dalam kaca mobil, kayak lagu “Jinna (Belasan Dalam Pelarian),” itu tentang prostitusi. Ada perek yang masih kecil-kecil. Kami nggak tutup-tutupin kok. Memang kami melihatnya dari dalam mobil, dari jarak yang nggak terlalu deket.
Lantas, bagaimana cara kalian melatih kepekaan sosial?
Kaka : Program Jinggo Turun Ke Kampung salah satunya untuk itu. Refresh. Kami melihat ada petani merasa kekurangan di sektor ini, ada sanggar kesenian daerah yang merasa terabaikan.
Abdee : Masalah utama seniman itu kan kehilangan kepekaan. Gue sadarakan kehilangan kepekaan kalau tidak bersentuhan langsung. Slank berusaha melebur ke dalam persoalan setiap ada kesempatan. Kepakaan bisa hilang tapi bisa diasah kembali dengan cara bersentuhan langsung.
Bimbim : Kami maintance terus ……
Abdee : Dalam kisah legenda akan ada tokoh yang tetap punya kepekaan seperti Zorro dan Robin Hood.
IV. Perempuan
Slank formasi terakhir nampaknya lebih flamboyant?
Bimbim : Flamboyant apaan sih?
Abdee : Maksudnya bergaya, lebih dandan…
Bimbim : (terdiam) Gue sih terima aja.
Apakah itu bagian dari setting?
Ridho : Menurut gue itu kesadaran.
Abdee : Mungkin jaman Slank ketika itu jamannya urakan.
Bimbim : Di saat itu jamannya Orde Baru, kami berusaha mengadakan perlawanan. Tampil berantakan.
Abdee : Sekarang kan sudah nggak ada yang harus dilawan.
Tapi fans cewek jadi lebih banyak ya?
Kaka : Iya juga ya ……
Ridho : Kalau itu nggak diniatin.
Tapi diharapkan?
Slank : Ha-ha-ha, hi-hi-hi, hu-hu-hu….!
Bimbim : Itu niat kedua, he he!
Seberapa jauh fans fanatik merepotkan?
Abdee : Memang kadang merepotkan tapi konsekuensi.
Bimbim : Akhirnya kami hadapi dengan senyuman aja. Kan nggak jauh-jauh dari tanda tangan dan foto bareng. Di Malaysia dan Singapura juga begitu, sama aja.
Masih ada fans perempuan yang mengejar sampai ke hotel? Bagaimana
sikap kalian sekarang?
Kaka : Sikap kami nggak ada yang berubah sih, he-he-he!
Bimbim : Tapi ada juga cewek-cewek yang nyamperin lebih pemikiran. Ngajak ngobrol. Kadang-kadang gue mikir, ini anak pemikirannya asyik. Pinter.
Kaka : Dulu kan kalau ngumpul bareng cewek-cewek ujung-ujungnya party…
Abdee : Ada satu hal yang menyenangkan, ini bukan bela diri ya, yang membuat kami tetap bertahan di track adalah apa yang selama ini kami omongin lewat lagu, kami coba lakukan. Fans tetap gue beri batas.
Ridho : Ya, batasnya sebelum subuh…
Bimbim : Habis itu manggil taksi dah, he he he!
Kaka : Kalau ada seorang fans datang aproaching dengan penawaran seperti
itu, gue anggap dia bukan seorang fans. Yang gitu mah groupies.
Abdee : (mengerling pada Kaka) Terus kelanjutannya …?
Kaka : Ha-ha-ha!
Ridho : Gue kebetulan jarang diberi kesempatan seperti itu. Kalau dulu lain ceritanya, he he he… Kalau nggak mau digoda ya jangan jalan-lah. Habis manggung, masuk kamar, tidur. Gitu aja.
Ivanka : Gue sih, fleksibel aja.
Bimbim : Tapi kami suka maintance juga kenakalan itu. Jalan bareng gitulah, walau
pun endingnya nggak seperti dulu lagi. Yang ada dia curhat sampai nangis-nangis.
Kaka : Yang pasti kerepotan tentang fans cewek terasa setelah adanya booming handphone, he he he!
(Bersambung)
Foto-foto : Dokumentasi Slank.com.
(Tulisan ini dimuat pertama kali di Majalah Rolling Stone Indonesia Edisi Maret, Mei 2008. Diunggah kembali secara bersambung di kamarmusik.id dalam rangka menyambut ulang tahun Slank ke-39, 26 Desember 2022)